Untukmu Yang Dulu Memilih Pergi, Lihatlah Kini Aku Bahagia Walau Sendiri
Hai, apa kabar? Masih ingat hari dimana kita bertemu kembali? Sebuah pertemuan tak disengaja, tidak lama setelah kita sepakat untuk tidak melanjutkan hubungan. Hari itu aku melihatmu begitu sumringah, sementara saat itu aku masih menangisi kebodohan betapa aku berharap kamu akan mengajakku kembali mengulang semuanya dari awal. Ya, betapa naifnya aku.
Ada banyak hal yang sejatinya masih ingin kutanyakan padamu,terutama tentang kabar orangtuamu. Juga tentang aktivitas dan olahraga ringan yang dulu sering kamu ceritakan padaku, masihkah kamu rutin melakukannya? Kuharap kamu kian sehat dan bugar sekarang ini. Sebab, satu hal yang perlu kamu tahu, aku pun makin sumringah dan bahagia meski hidup tanpamu. Kukira aku tak mampu, ternyata aku mampu.
- Perpisahan Denganmu Tak Pernah Kuduga, Bahkan Aku Tercekat Saat Mendengar Kamu Tak Lagi Cinta
Aku dan kamu bertemu dalam momen yang tepat, dimana kita akhirnya saling mengisi satu sama lain. Hari-hari yang saat itu kulewati bersamamu sangatlah berwarna. Kita menjalani relasi tak sekadar untuk tertawa, namun juga saling mendewasa. Sungguh, aku pernah dibuat begitu bahagia olehmu. Harapanku untuk terus bersamamu membumbung tinggi bak ingin menembus pelangi.
Tapi hari itu akhirnya datang. Hari yang tak pernah kuduga sebelumnya karena kamu pun tak terlihat memberi aba-aba. Semua masih baik-baik saja. Bahkan satu hari sebelum kamu datang ke rumahku dan mengatakan isi hatimu itu.
“Kita harus selesai di sini,” katamu. Aku begitu terguncang mendengarnya Tenggorokanku tercekat sampai tak ada satu patah kata yang sanggup kuucapkan. Yang aku tahu, semua perkataanmu itu memang keluar dari mulutmu sendiri. Itulah mengapa aku merelakan keputusanmu untuk menyudahi hubungan ini.
- Aku Melepasmu dan Mengikhlaskan Diri Tapi Bukan Berarti Saat Itu Aku Lantas Sanggup Berdiri Sendiri
Aku terus bertanya-tanya, apa kurangku selama ini sampai kau bilang jika tak ada lagi cinta untukku? Kamu memilih pergi ketika aku menjaga setiap perasaan ini hanya untukmu. Benakku selalu dipenuhi beragam tanya tanpa jawaban. Ujung-ujungnya, aku kembali meneteskan air mata. Aku patah hati, saat itu aku berusaha tegar dan mengikhlaskan semua yang terjadi. Namun tak lantas aku sanggup berdiri, langkahku bahkan masih tertatih-tatih untuk menapaki hari-hari kedepannya.
Kembali aku tercekat saat tak sengaja melewati tempat-tempat dimana dulu pernah kita singgahi. Melihat tempat duduk dan membayangkan kamu yang saat itu duduk di depanku, rasanya aku lebih sanggup mengurung diri di kamar dibanding oleh tersiksa oleh kenangan manis yang terlanjur kita ciptakan.
- Satu Hal yang Tak Bisa Kulupakan Adalah Betapa Mudahnya Kamu Melepas Masa Lalu, Andai Saja Aku Punya Kekuatan Akan Hal Itu…
Tapi nyatanya tidak. Aku tak bisa tidak menyesal dan tak terlihat bersedih. Aku tak bisa bertemu dan berkencan dengan orang-orang baru dengan situasi baru putus darimu.
Kamu terlihat begitu dinamis dan tak terlihat ada raut kesedihan pada rupamu itu. Sementara aku di sini, masih tertimbun runtuhnya mimpi yang kita sempat bangun bersama. Menyingkirkan serpihan mimpi itu agar aku bisa keluar dan menemukan hari baru dimana aku bisa beranjak meninggalkan timbunan mimpi itu. Sulit memang, tapi aku yakin aku bisa. Kamu tak setia itu pilihanmu. Semoga tak ada sesal di kemudian hari.
- Pelan Tapi Pasti, Aku Menerima Maaf yang Mungkin Tak Pernah Kau Sampaikan dari Segala Kisah yang Telah Kau Lupakan
Proses ini berlangsung pelan-pelan. Orang-orang di sekelilingku ikut membantu. Mereka percaya aku bisa bertahan. Di saat itu juga ragaku tertampar karena baru menyadari jika cinta tulus yang sebenarnya justru aku temukan pada mereka. Orang-orang itu meyakinkanku tentang makna hidup yang penuh jatuh bangun dan harus kulewati. Kalaupun aku penuh kekurangan, mereka tak lantas meninggalkanku.
Berkat dukungan mereka, aku yang semula pesimis dapat memaafkan kesalahanmu. Kini aku bisa dengan ikhlas memaafkanmu, meski tak pernah ada kata maaf yang terucap darimu. Sekalipun kamu juga telah melupakannya, aku benar-benar telah memaafkanmu. Karena merelakan dengan perasaan ikhlas itu jauh lebih melegakan.
- Percayalah, Kau Tak Akan Melihatku Murung. Sebab Aku Layak Untuk Bahagia Berkali Lipat Lebih Bahagia Setelah Kau Lepaskan
Pada akhirnya aku bersyukur untuk fase yang Tuhan berikan padaku. Semula aku yang pesimis dan merutuki diri sepanjang hari akhirnya mampu bangkit. Aku yang pendiam akhirnya kembali menemukan alasan untuk bahagia. Aku yang enggan mendengar namamu, kini lebih memilih membiarkan semuanya berlalu.
Inilah aku, yang tadinya kamu tinggal pergi, kini mampu berdiri sendiri. Menjadi tidak setia adalah pilihanmu, sementara hidup bahagia adalah pilihanku. Selamat menjalani hidup, wahai masa lalu !
0 Response to "Untukmu Yang Dulu Memilih Pergi, Lihatlah Kini Aku Bahagia Walau Sendiri"
Posting Komentar